aku berlindung kepada tubuhmu
dari godaan payung yang terkutuk
dengan menyeru namamu
yang diperam celah tanah
kunyanyikan segala madah
segala sunyi reranting dan senyap angin
ketika tangan-tangan pepohonan terkulai
merangkai lambai walau lambai tak sampai
hanya telapak serupa telaga
menadah salawat tiada berhingga
hanya suara serupa sepi
menyahutmu tanpa tapi
tapi sumur tinggal lumpur
tapi sungai menjadi kubur
sawah-sawah mati, tapi
ladang-ladang kosong, tapi
di langit yang bersih kusam, tapi
sia-sia matahari mencari tempat sembunyi
di taman kota itu, tapi
sepasang kekasih menyumpahi debu pada bangku batu
dan sebagai debu, tak jemu aku
menunggumu menghapusku
menunggumu
menghapusku.