“sudah terlalu lama kau tak menelponku,”
demikian sms yang kuterima darimu.
bisakah lalu kutuliskan sesal di situ,
atau seperti dulu: kesal, dari cinta yang batu?
kutekan bintang sembilan sembilan bintang
terdengar sayup gema bang
nada sambung pribadimu
terbitkan resah tak bikin jemu
‘’hallo, ada yang bisa saya bantu?”
sapa perempuan di ujung waktu
seakan berasal
dari balik bantal
suaranya manis
basah gerimis
kubayangkan di balik mendung itu
matamu menyala menatapku
tapi di manakah kamu?
berapa kini nomor telponmu?
salah-sambung melulu
bujuk-rayu selalu
sebelum kaujawab tanyaku
sebelum kubalas sms-mu
tiba-tiba kau datang
nyelinap dalam badan
menjelma jadi lapar meremasremas lambung
menjelma jadi dahaga menginjakinjak lekum
menjelma jadi kantuk membelaibelai kelopak mata
lalu bermainmain riang di kepala menjelma jadi insomnia!
kau juga yang mendiami nasi di tiap butir
yang berenang dalam tiap tetes air
yang muncul-tenggelam dalam tiap episode mimpi
yang menyanyi dalam tiap tikaman sunyi
dalam diri
tak pergi pergi
kugali gali
sendiri
kuldesak, 19 April 2003/
bengkel puisi annuqayah, 31 Mei 2007