Wednesday, June 14, 2006

Api Air Mata

Api. Kobar murka
membakar luka
dengan apa harus kupadamkan
nyala kekal ingatan?

Air mata. Sesal siasia
sepanjang usia
seakan minyak tanah
bagi panasmu yang semakin merah.

Sepi. Keretap tulang belulang
menjelma jadi arang
dengan apa harus kusangga
tubuh hangusku yang tak beriga?

Katakata. Bujuk rayu istigfar
yang selalu kaudengar
mustahil kau mengelak
dari sayup seru sajak!

bengkel puisi annuqayah, 2005

Saturday, June 10, 2006

Seremoni Insomnia

tak ada matahari
hanya malam hari
sepanjang waktu
terang menutup pintu

langit lenyap
bintang-bintang jatuh
lalu lelap
gelap pun utuh

di kepalaku jadi batu batu hitam
bagai bayang bayangmu tenggelam
ke lubuk kenangan
tempat bersemayam masa depan

arah panah langkahmu
di mana kelak kita ketemu
kuraba dengan mata merah
lelah tapi pasrah

beri aku sejenak istirah
tak usah mimpi indah
beri aku sejengkal tubuh rebah
dan sepasang mata yang kalah

namun seakan takdir
bagi ritus yang getir
jarum jarum jam pun gugur
menusuk nusuk hati yang dipaku tugur

seperti suaramu mengusik
dalam bisik
di antara gesek biola
komposisi luka orang orang gila

dari sebuah album cinta yang terpendam
di balik garis garis piringan hitam
senantiasa mengalun
di kedalaman, bagai taifun terbantun

beri aku sejenak istirah
tak usah mimpi indah
beri aku sejengkal tubuh rebah
dan sepasang telinga yang kalah

namun seakan takdir
seremoni yang tak hendak berakhir
selalu kau jawab doaku dengan azan subuh
dan rekah fajar ke hatiku berlabuh

bengkel puisi annuqayah, 28.04.2006